5 Prinsip Dasar Editing dalam Film (oleh Vsevolod Pudovkin)

Editing adalah proses penyusunan adegan dengan menggabungkan berbagai potongan gambar atau shot.

Sejak tahun 1920-an, para ahli teori film Rusia mulai mengeksplorasi potensi editing sebagai alat utama dalam penceritaan visual.

Salah satu tokoh utama dalam bidang ini adalah Vsevolod Pudovkin, yang merumuskan lima prinsip dasar editing yang hingga kini masih menjadi fondasi dalam teknik penyuntingan film modern.

Sosok Vsevolod Pudovkin

Seorang tentara angkatan darat Rusia pada Perang Dunia I,

Pudovkin (1893–1953) kembali ke rumah dari kamp tahanan perang Jerman dan menemukan bahwa pemerintah sangat mendanai industri film dan studi film karena Lenin (tokoh revolusioner komunis, politikus, dan teoretikus politik berkebangsaan Rusia) percaya bahwa media ini memiliki potensi besar sebagai alat propaganda.

Pudovkin kemudian mendaftar di Sekolah Sinema Negara, di mana ia mempelajari dasar-dasar pembuatan film dan segera mulai bekerja pada film propaganda komunis.

Di studio film eksperimental Lev Kuleshov, ketertarikannya pada montase dipicu oleh film Intolerance (1914) karya D.W. Griffith.

Dengan menyusun ulang rekaman yang sudah ada, Kuleshov dan rekan-rekannya kemudian mengembangkan teori bahwa koneksi emosional dan narasi dalam film dapat diperkuat melalui penyandingan gambar, meyakini bahwa perkembangan karakter sejati terjadi di ruang editing, bukan hanya di depan kamera.

Dalam film seperti Mother (1926) dan The End of St. Petersburg (1927), Pudovkin sering menggunakan aktor non-profesional untuk meningkatkan realisme, serta menggunakan montase untuk mengungkap pergolakan psikologis karakter-karakternya. FROM FILM TECHNIQUE [ON EDITING]

5 Prinsip Editing Menurut Vsevolod Pudovkin

Pada tahun 1926, Pudovkin menetapkan lima teknik dasar dalam editing film yang bertujuan untuk mengarahkan respons emosional penonton.

Kelima prinsip tersebut adalah:

1. Kontras (Contrast)

Kontras dalam editing digunakan untuk memperkuat makna sebuah adegan dengan membandingkannya dengan adegan lain yang berlawanan.

Contohnya, untuk menggambarkan penderitaan seseorang yang kelaparan, sutradara dapat menampilkan adegan pesta mewah dengan makanan berlimpah.

Teknik ini memaksa penonton untuk membandingkan kedua situasi tersebut, sehingga pesan yang ingin disampaikan menjadi lebih kuat.

2. Paralelisme (Parallelism)

Teknik ini mirip dengan kontras, tetapi lebih luas dalam cakupannya.

Paralelisme digunakan untuk menghubungkan dua peristiwa yang tidak secara langsung terkait, namun memiliki elemen yang sama.

Contohnya, dalam sebuah film, seorang buruh yang akan dihukum mati ditampilkan bersamaan dengan adegan seorang pengusaha kaya yang mabuk di sebuah pesta.

Melalui penggunaan jam tangan sebagai elemen penghubung dalam kedua adegan, penonton dibuat sadar akan hubungan waktu yang berujung pada akhir tragis bagi si buruh.

3. Simbolisme (Symbolism)

Pudovkin percaya bahwa editing dapat digunakan untuk menyampaikan konsep abstrak tanpa perlu menggunakan teks atau dialog.

Contohnya, dalam film Strike, adegan penembakan pekerja diselingi dengan gambar penyembelihan seekor sapi di rumah jagal.

Hal ini memperkuat pesan bahwa pembantaian pekerja tidak berbeda dengan pembantaian hewan, sebuah simbolisme yang kuat untuk menggambarkan kekejaman.

4. Simultanitas (Simultaneity)

Teknik ini sering digunakan dalam film aksi atau thriller untuk menciptakan ketegangan.

Dengan menyusun adegan yang terjadi secara bersamaan tetapi memiliki hasil yang saling bergantung, penonton dibuat terus bertanya-tanya apakah karakter utama akan berhasil atau tidak.

Misalnya, dalam adegan penyelamatan, penonton diperlihatkan seorang polisi yang berusaha mencapai korban tepat waktu, sementara adegan lain menunjukkan detik-detik bom yang hampir meledak.

Teknik ini meningkatkan ketegangan hingga klimaks cerita.

5. Leit-motif (Repetisi Tema)

Leitmotif adalah teknik di mana sebuah elemen visual atau suara diulang-ulang untuk menekankan tema utama film.

Contohnya, dalam sebuah film bertema kritik sosial terhadap gereja di era Tsar, adegan lonceng gereja yang berdentang dengan teks “suara lonceng membawa pesan kesabaran dan cinta” dapat diulang setiap kali sutradara ingin menunjukkan kemunafikan institusi tersebut.

Pentingnya Editing dalam Penceritaan Film

Prinsip-prinsip editing Pudovkin menunjukkan bahwa editing bukan sekadar menghubungkan gambar, tetapi juga berfungsi sebagai alat untuk membentuk emosi dan pemahaman penonton.

Dengan memahami teknik ini, pembuat film dapat lebih efektif dalam menyampaikan cerita mereka dengan cara yang kuat dan bermakna.

Editing adalah elemen dalam sinematografi yang memungkinkan pembuat film mengontrol emosi dan pemahaman audiens.

Dengan menggunakan prinsip editing seperti kontras, paralelisme, simbolisme, simultanitas, dan leitmotif, seorang editor dapat menciptakan pengalaman sinematik yang lebih mendalam dan berkesan.

Referensi

Pudovkin, Vsevolod. Film Technique and Film Acting, 1926. New York: Grave Press, 1970.

Eisenstein, Sergei. Film Form: Essays in Film Theory. Edited and translated by Jay Leyda. New York: Harcourt Brace & Co., 1949 (1977).

Kuleshov, Lev. Kuleshov on Film, 1922-1968. Selected, translated, and edited by Ronald Levaco. Berkeley: University of California Press, 1974.

Mast, Gerald, Marshall Cohen, and Leo Brady, eds. Film Theory and Criticism, Introductory Readings. 4th Edition. London: Oxford University Press, 1992.